Rabu, 05 Februari 2014

Apa Yang Bisa Kita Perbuat?

Dunia dalam genggaman


Perkembangan teknologi sungguh luar biasa. Perkembangan dunia saat ini sungguh luar biasa. Tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa batas, tanpa sekat apapun, memunculkan sebuah tatanan baru yang luar biasa pula. Dunia baru, dunia modern yang sungguh luar biasa.
Dulu kita hanya mengenal dunia yang serba terbatas, baik lokasi maupun dalam hal informasi. Batas-batas tersebut mudah dikenali secara fisik maupun dalam segi aktifitas. Itulah dunia yang kita kenal dengan dunia tradisional.
Namun baru-baru ini seperti tidak terasa, waktu begitu sangat cepat sekali berlalu. Lahirlah sebuah dunia baru yang tidak lagi dibatasi oleh pagar-pagar administrative geografis. Itulah yang kita kenal sengan sebutan “DUNIA MAYA”. Dunia yang tidak tampak tetapi terasa sangat nyata pengaruhnya. Dunia ini tidak memerlukan ruang untuk menampung apapun. Dunia yang tidak memerlukan kehadiran wujud fisik.
Dengan munculnya fenomena ini, muncul sebuah pertanyaan di benak saya “Apa yang bisa kita perbuat sebagai seorang Muslim menghadapi tantangan yang ada di depan kita ini?”

Pesatnya perkembangan teknologi ini tentu juga sangat berpengaruh terhadap dunia Islam. Bukan lagi masjid, majelis ilmu, ataupun pusat-pusat studi yang saat ini ramai untuk di ikuti dalam hal menimba ilmu, melainkan dunia internet yang tidak pernah istirahat untuk melayani pelanggan setianya. Bukan lagi buku-buku, kitab-kitab, yang menjadi sumber bacaan generasi baru muslim di Dunia baru ini melainkan laptop, tablet, maupun smartphone yang telah menyediakan sumber bacaan dengan berbagai macam fasilitasnya. Semua yang berujud fisik berganti dengan wujud digital media, yang dapat dinikmati dengan harga yang sangat murah.
Siapapun dari kita bisa dengan mudah membaca dan mempelajari pemikiran para ulama madzhab apapun di dunia islam. Generasi Muslim Tanpa Masjid adalah generasi baru muslim Indonesia yang terpanggil untuk belajar agama secara mandiri lewat berbagai sumber yang ada. Istilah inilah yang pernah digunakan oleh Budayawan Kuntowijoyo. Hanya saja, perlu diingat juga bahwa yang menulis di berbagai media di Dunia Maya, tidak semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu kita harus selektif  dan cerdas pula dalam menikmati sebaran ilmu yang tersaji secara bebas tanpa batas ini. Dunia maya tidak mengenal redaktur yang membatasi dan menyensor opini yang bertindak atas nama etika dan moral.
Itulah fenomena kemunculan Dunia Baru di alam ini. Suka atau tidak suka dengan kehadiranya melalui media-media nya yang massif  bahwa ini adalah sebagai kenyataan baru bagi kita semua. Persoalanya apakah kita mau menjadi subyek atau sebaliknya menjadi obyek dari kehadiran dunia baru, dunia maya yang sungguh nyata ini?

*) Edisi campur aduk setelah baca Suara Muhammadiyah Edisi (03) 1-15 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar