SIRAH
NABAWIYAH
Abul Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadwi
Diterjemahkan oleh Muhammad Halabi Hamdi, S.Ag.,
Istiqomah, S.Ag., dan Adi Fadli, M.Ag.
BAGIAN
2
DARI
KELAHIRAN YANG MULIA HINGGA KEBANGKITAN AGUNG
Sejak
lahir, Muhammad telah menunjukkan keistimewaan yang luar biasa. Kepedihan
sebagai anak yatim telah menempa pribadi Muhammad dan mempersiapkannya untuk
menjadi manusia agung dan pionir perubahan di dunia ini. Selama lima tahun,
Muhammad hidup terpisah dari sang ibu, Aminah binti Wahb dan tinggal di tengah
keluarga Halimah as-Saadiyah. Setelah berumur lima tahun, Halimah dengan berat
hati melepas Muhammad dan mengembalikannya kepada sang ibu.
A.
Kelahiran
dan Nasabnya yang Mulia
Abdulllah bin Abdul Muthalib dan
Aminah binti Wahb
Rasulullah Saw. Lahir
dari garis keturunan yang mulia, Abdul Muthalib adalah pemimpin suku Quraisy,
mempunyai sepuluh anak laki-laki. Abdullah adalah anak yang paling disayangi.
Abdul Muthalib menikahkan Abdullah dengan Aminah binti Wahb, pemimpin bani
Zuhrah. Pada waku itu Aminah adalah wanita yang paling mulia dalam hal
keturunan dan kedudukan dikalangan suku Quraisy. Namun tidak lama kemudian
Abdullah meninggal dunia dan ketika itu Aminah sedang mengandung Rasulullah
Saw.
Rasulullah Saw
dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah (570 M). hari
itu menjadi hari hari yang membahagiakan sepanjang matahari terbit. Sang kakek
(Abdul Muthalib) menamai cucunya dengan
nama Muhammad, nama yang tergolong aneh waktu itu, hingga membua bangsa arab
takjub karena sebelumnya telah mendengar dari Ahli Kitab tentang seorang nabi
yang akan dibangkitkan di semenanjung Arab yang bernama Muhammad.
Tanda-Tanda
Diluar Kebiasaan Menjelang Munculnya Era Baru dan Kebangkitan Kemanusiaan Baru
Di antara
peristiwa-peristiwa tersebut adalah singgasana Kisra yang bergoyang-goyang
hingga menimbulkan bunyi, jatuhnya empat belas balkonya, surutnya danau sawa,
padamnya api Persia yang disembah oleh rakyat Persia yang belum pernah padam
sejak seribu tahun. Sejarawan Inggris T.P. Hughes dalam bukunya Dictionary of Islam juga menuliskan
“Sesungguhnya munculnya tanda-tanda tersebut memberi isyarat akan dimulainya
suatu gerakan baru. Fenomena-fenomena luar biasa tunduk terhadap munculnya
fajar hidayah, kebahagiaan, dan kebenaran. Hal tersebut merupakan pendahuluan,
yang menampakan isyarat halus akan hadirnya alam yang yang berperadaban, yakni
bagi orang-orang yang memiliki ketajaman pandangan. Namun, kelahiran mulia ini
(yang dilanjutnya dengan diutusnya Muhammad Saw.) lebih agung dan lebih besar
serta lebih luas dab lebihdalam, dari pada penunjukan tanda-tanda indrawi.
Peristiwa ini memberitakan dimulainya era alam dan kebangkitan kemanusiaan dari
segi ideologis, praktis, moral, daya juang, hidayah dan bimbingan, yang mana
tanda-tanda indrawiyang terbatas tersebut tidak cukup memberikan ruang dan
menunaikan haknya. Allah berfirman yang artinya “Dan hanya milik Allah, tentara-tentara langit dan bumi” (Al Fath
[48] ayat 7).
B.
Penyusuannya
dan Kisah Pembelahan Dada
Pada
awalnya beliau di susui oleh Tsuwaibah, seorang jariyah (budak) pamannya, Abu
Lahab selama beberapa hari. Kemudian Abdul Muthalib mencarikan ibu susu dari
daerah pedesaan. Mengapa Pedesaan? Mereka mengutamakan daerah pedesaan untuk
penyusuan anak-anak mereka demi pertumbuhan awal anak-anak mereka. Hal ini
karena karena udara pedesaan masih segar dan bersih, serta sikap orang-orang
desa yang masih murni dan sederhana, jauh dari pencemaran kota. Disamping itu
bahasa desa juga masih murni dan fasih.
Akhirnya
di temukanlah Halimah as-Sa’diyah menjadi wanita yang beruntung untuk membawa
beliau ke rumahnya. Ia mendapatkan keberkahan dengan usaha tanganya itu. Halimah
senantiasa akrab dengan pertambahan rezeki dan kebaikan dari Allah, hingga
berlalu masa dua tahun di Bani Sa’ad.
Ketika
Muhammad Saw. Masih tinggal bersama halimah, dua Malaikat datang menemui
Beliau. Syaikhul Islam Ahmad bin Abdurrahim yang terkenal dengan Waliyyullah
ad-Dihlawi (w.1176H) mengatakan dalam kitabnya yang istimewa Hujjatullahil Balighah II:205 “Malaikat
menampakan diri. Mereka membedah hati(perut)nya, lalu mengisinya dengan
keimanan dan hikmah. Hal ini terjadi di antara alam perumpamaan dan kenyataan.
Oleh karena itu, pembedahan itu tidak menimbulkan bahaya, dan bekas pembedahan
tersebut masih terdapat pada beliau. Seperti itulah yang terjadi dalam setiap
peristiwa yang menggabungkan antara alam mitsal
(perumpamaan) dan alam syahadah (kenyataan).
C.
Wafatnya
Sang Ibu dan Sang Kakek serta Pengasuhan Sang Paman
Abdullah bin ‘Abdul Muntalib wafat pada usia muda
sebelum kelahiran Muhammad Saw di Yatsrib bersama rombongan dagang dari Syam.
Ketika Muhammad Saw. berusia 6 tahun, ibunya
membawanya pergi ke kota Yatsrib, untuk memperkenalkan kepada kakek-kakeknya
disana, juga untuk mengunjungi makam ayah tercinta, ‘Abdullah bin ‘Abdul
Muthalib. Dalam perjalanan pulang ke Makkah itulah sang ibu menemui ajalnya
ditempat yang bernama al-Abwa’. Hal ini merupakan sebagian dari rahasia Tarbiyah Ilahiyah, yang tidak diketahui
oleh siapapun kecuali Allah.
Setelah itu
Muhammad Saw tinggal bersama kakeknya di Makkah hingga usia 8 tahun. Dua tahun
sepeninggal sang ibu, beliau harus kembali merasakan pahitnya kehilangan
seseorang yang sangat menyayanginya.
Sepeninggal Abdul Muthalib beliau tinggal bersama
pamannya Abu Thalib, saudara kandung ayahnya yang sudah di beri wasiat oleh
kakeknya untuk merawat Muhammad Saw.
D.
Kisah
Rahib Buhaira dan Pendustaan terhadap Kisah Tersebut
Rahib Buhaira
Dalam
kisah ini disebutkan bahwasannya Abu Thalib hendak pergi berdagang ke negeri
Syam dan diajaknya Muhammad Saw dalam Rombongan dagang. Saat itu Muhammad Saw.
Berusia 9 tahun. Dalam perjalanan rombongan berhenti di Bashra, di tempat
tersebut terdapat seorang Rahib (Pendeta) bernama Buhaira yang tinggal di Biara
miliknya. Sang Rahib menyaksikan Muhammad Saw berikut hal-hal yang “menyalahi
kebiasaan” pada beliau. Kemudian sang Rahib memperingatkan kepada Abu Thalib
tentang tingginya kedudukan Muhammad Saw. Ia berkata :”bawalah anak saudaramu
ini pulang ke negerinya dan jagalah dirinya dari ancaman-ancaman kaum Yahudi.
Karena sesungguhnya akan terjadi sesuatu yang besar pada anak saudaramu ini”.
Sehingga Abu Thalib membawa pulang Muhammad ke Makkah dalam keadaan selamat.
Pendustaan terhadap Kisah tersebut
Kaum
orientalis yang tendensius memanfaatkan kesempatan tersebut, yakni pertemuan
Rasulullah Saw. Dengan salah seorang pendeta Nasrani, yang sosok dan
kedudukanya di dunia tidak diketahui. Mereka menyatakan bahwa RasulullahSaw.
Telah menerima ajaran-ajaran Tauhid yang murni dari seorang Ulama Nasrani.
Lebih
mengherankan lagi adalah bahwasanya Carra de Vaux dari Perancis, telah
mengarang sebuah buku berjudul Penyusunan
Al Quran. Ia berusaha meyakinkan dalam bukunya bahwa Buhaira telah
mengajarkan isi Al Quran kepada Muhammad Saw. seluruhnya, dalam pertemuan yang
singkat itu.
Tarbiyah Ilahiyah (Pendidikan yang
bersifat Ketuhanan)
Rasulullah
Saw tumbuh dalam lindungan Allah SWT, Allah telah melindunginya dari
tradisi-tradisi jahiliyah, sesuatu yang tidak pantas bagi sifat-sifatnya,
walaupun masyarakatnya memandang tidak bermasalah terhadapnya. Maka jadilah
beliau seorang manusia yang mulia harga dirinya diantara kaumnya, paling baik
akhlaknya, sangat pemalu, sangat jujur, sangat amanah, serta terhindar dari
perbuatan keji dan jahat.
E.
Pernikahannya
dengan Khadijjah binti Khuwailid
Khadijjah
binti Khuwailid adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah Saw. Ia adalah
wanita bangsawan suku Quraisy yang memiliki kedudukan terhormat, cerdas,
berakhlak mulia, memiliki kekayaan dan seorang janda yang ditinggal mati oleh
Abu Halah suaminya. Ketika menikah, Rasulullah berusia 25 tahun dan Khadijjah
berusia 40 tahun. Khadijjah adalah istri Rasulullah yang melahirkan seluruh
anak-anak beliau, kecuali yang bernama Ibrahim.
F.
Kisah
Pembangunan Ka’bah dan Penolakan Terhadap Fitnah
Saat
itu Rasulullah telah berusia 35 tahun, pada waktu perbaikan bangunan Ka’bah.
Saat itu terjadi perselisihan mengenai Hajar
Aswad. Setiap suku ingin memperoleh kehormatan dengan meletakanya ke tempat
semula hingga nyaris terjadi perang.
Kemudian
terjadilah kesepakatan bahwa orang pertama yang masuk dari pintu Masjidil Haram
akan memutuskan perselisihan di antara mereka. Dan orang pertama yang masuk
adalah Rasulullah Saw. Rasulullah meminta sehelai kain dan meletakan Hajar
Aswad di atas kain kemudian meminta setiap pemimpin suku hendaknya memegang
sudut kain kemudian mengangkatnya secara bersama-sama. Demikianlah Rasulullah
berhasil mencegah terjadinya perang pada kaum Quraisy dengan penuh
kebijaksanaan.
G.
Hilful Fudhul (Sumpah Setia yang Luhur)
Rasulullah
Saw menyaksikan terjadinya peristiwa Hilful Fudhu, sebuah sumpah setia yang
amat mulia, yang pernah beliau dengar dan beliau saksikan pada bangsa Arab.
Hilful
Fudhul adalah sumpah atau perjanjian yang diberikan kepada orang yang terzalimi
untuk melawan orang yang menzalimi, sampai ia memberika haknya kepada yang
terzalimi. Sumpah ini dilakukan untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya, dan
menjaga agar tidak terjadi kesewenang-wenangan dari seseorang kepada orang
lain.
H.
Kegelisahan
Misterius dan Tiadanya Antisipasi Terhadap Kenabian atau Risalah
Rasulullah
Saw. Mendapati dalam dirinya kegelisahan yang misterius. Beliau tidak
mengetahui dari mana asalnya dan sampai kapan akan berakhir. Tidak berfikir
sesaatpun oleh beliau bahwa Allah akan menganugerahkan kemuliaan dengan
memberinya wahyu dan risalah. QS asy-Syura : 52 dan QS al-Qashash : 86
Diantara
tarbiyah dan himak Allah Ta’ala adalah bahwa RasulullahSaw tumbuh dalam keadaan
ummi (tidak bias baca tulis). Jadi, beliau jauh dari tuduhan musuh, atau dari
prasangka orang-orang yang suka mengada-ada. QS al-Ankabut : 48 dan QS al-A’raf
: 157
I.
Kesimpulan
Dunia
ini telah berubah setelah di utusnya Rasulullah Saw dengan keutamaan yang luhur
sebagaimana berubahnya cuaca. Hati yang kosong, dingin lagi kering kini mulai
bersemi kembali dengan panasnya iman dan kuatnya kasih sayang. Manusia mulai
sadar, bangun dan membuka matanya setelah tidur panjang berabad-abad lamanya.
Manusia mulai mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Sesungguhnya
perubahan besar dan perputaran indah yang baru ini adalah sebagian dari
mu’jizat Muhammad Saw sebagai bukti dari pengutusanya, dan merupakan angina
rahmat Ilahiyah yang menyebar di segala tempat dan semua zaman. Maha Benar
Allah yang Maha Agung.
”Dan
tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
Rahmat
bagi semesta Alam.” (QS. Al-Anbiya’ : 107)
** ** **
** **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar